Kebiasaan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ada kesulitan, beliau segera melaksanakan shalat.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al-Baqarah: 45)
Faedah dari ayat di atas:
1- Bagi yang ingin meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, maka minta tolonglah pada Allah dengan bersabar dan shalat. Maqatil bin Hayan rahimahullah berkata tentang tafsiran ayat ini, “Mintalah tolong dalam mencari akhirat dengan sabar dalam melakukan kewajiban dan shalat.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1: 379)
2- Ada ulama yang menafsirkan sabar dalam ayat di atas dengan puasa, sebagaimana dikatakan Mujahid. Karenanya bulan Ramadhan disebut dengan bulan sabar. Sebagaimana disebutkan oleh Al-Qurthubi dan ulama lainnya. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, 1: 379.
4- Ada yang menyebutkan pula bahwa yang dimaksud sabar dalam ayat adalah menahan diri dari maksiat. Ada perkataan dari Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu dan Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah bahwa sabar itu ada dua macam. Pertama, sabar dalam menghadapi musibah. Sabar yang lebih baik dari itu adalah sabar dalam meninggalkan yang Allah haramkan. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1: 380.
5- Hudzaifah bin Al-Yaman berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mendapati kesulitan dalam suatu urusan, beliau segera mengerjakan shalat. (HR. Ibnu Jarir dalam kitab tafsirnya, dishahihkan oleh Ahmad Syakir dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir)
6- Orang yang khusyu’ dan tenang dalam shalatnya, shalat akan mudah baginya dan juga ia akan mudah untuk sabar. Demikianlah keterangan dari Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Ahkam Al-Qur’an Al-Karim, 1: 208.
7- Sabar akan memudahkan segala macam urusan. Begitu pula shalat yang merupakan timbangan iman dan dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar akan memudahkan berbagai urusan. Demikian kata Syaikh As-Sa’di dalam kitab tafsirnya, hlm. 38.
Moga jadi pelajaran berharga.
Referensi:
Ahkam Al-Qur’an Al-Karim. Cetakan pertama, tahun 1428 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Madar Al-Wathan Al-Islami.
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
—
@ DS, Panggang, Sabtu pagi, 1 Ramadhan 1438 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com